Rabu, 21 Januari 2015

tradisi pantang tanah, rao pasaman dari kerajaan di padang nunang

kebudayaan atau kebiasaan ini berasal dari sebuah tradisi dari keluarga keturunan raja-raja di pagarayuang.Bagi ibu dan bapak sekitar Rao yang berasal dari keturunan Kerajaan Yang Dipertuan Padang Nunang yang tidak berada di daerah sekitar (perantauan) diharuskan untuk menatahkan anaknya yang berusia lebih dari satu tahun atau sudah pandai berjalan.Upacara ini dilaksanakan manakala Anak Raja ( Keturunan Raja ) sudah berumur 15 bulan diwaktu bulan naik ( tidak boleh lewat dari 15 hari bulan ) karena menurut orang tua-tua kalau pelaksanaan Jojak Tanah dilaksanakan pada umur 15 bulan lewat 15 hari bulan pelaksanaan ini kurang baik , harus dilaksanakan pada bulan ganjil berikutnya .diwaktu bulan naik. Anak raja yang akan dijejakan ketanah sehari sebelumnya tangan dan kakinya diberi Inai , pada hari pelaksanaan upacara monjojak tanah si anak diberi pakaian Raja lengkap dengan Keris ,Rantai dan gelang emas. Upacara Monjojak Tanah dilaksanakan dengan perlengkapan sebagai berikut :
Emas batang,Sitawar Sidingin,Empu Kunyit, Keris/Sewar,Bunga tujuh macam,Baju Raja, Sipulut Kuning,Kain Songket
Beras kuning,Tikuluk (Detar)
beras putih 13 Singgang Ayam
Bertih ( Padi yang direndang sampai meletus berasnya), Nasi putih. perlengkapan Monjojak kotanah juga sudah dilengkapi seperti Tanah hitam yang ada dalam wadah (talam) sudah diletaknya di ruangan upacara yang beralaskan Permadani atau tikar, bunga tujuh rupa juga sudah diserakan diatas tikar khusus berikut Bertih, beras kuning, beras putih, Sitawar sidingin diletakkan pada tempatnya, Sipulut Kuning , Nasi Putih ,Singgang Ayam sudah disiapkan disamping peralatan yang ada demikian pula Air bunga tujuh rupa juga sudah disiapkan terlebih dahulu. Manakala Upacara akan dilaksanakan maka si Anak diserahkan kepada Tukang Jejak tanah yang telah diundang, acara selanjutnya adalah : Oleh tukang Jojak tanah menyapu / menyentuhkan ompu kunyit kekening si anak disentuhkan lalu ke ulu hati, dari ketiak tangan sampai ketelapak tangan, dari pangkal paha sampai ke telapak kaki, demikianla pula terhadap emas batang disapukan kedaerah-daerah badan si anak seperti diatas. Selanjutnya si anak dijejakkan kakinya kebunga diteruskan dijejakkan ketanah hitam setelah itu si anak dimandikan dengan air bunga tujuh rupa maka acara Monjojak Tanah selesai, besoknya si anak dijejakkan ketanah dihalaman rumah selama tiga pagi berturut – turut barulah anak raja tersebut bebas menjejak tanah selamanya memijak tanah dan memegang bunga.
Konsekuensi dari tidak dijalankannya tradisi tersebut bagi keturunan Raja Yang Dipertuan Padang Nunang yakni akan terjadi sakit perut pada anak, sakit-sakitan bahkan kelumpuhan.dan di yakini kalau tidak segera di obati sesegera mungkin sakitnya tidak akan hilang.  tradisi yang berakar pada masa lalu namun tetap dijalankan oleh masyarakat sampai sekarang ini dan menjadi sebuah kekayaan budaya. botatah atau adat jejak tanah ini berawal sewaktu anak raja dijemput ke Pagaruyung, sampai di Rao dijejakkan ke tanah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar